Pelayanan menurut
Lovelock[1] didefinisikan sebagai
kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada
waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dan tindakan mewujudkan perubahan yang
diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Sedangkan
pengertian pelayanan menurut Kotler[2] yaitu setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Jadi pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau
kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan
yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu
sendiri memiliki nilai tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan
menciptakan nilai-nilai pelanggan.
Christian Gronroos[3] mengemukakan bahwa terdapat empat
faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu :
1. Menjaga dan memperhatikan ,
bahwa pelanggan akan merasakan karyawan dan sistem opersional yang ada dapat
menyelesaikan problem mereka.
2. Spontanitas, dimana karyawan
menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah pelanggan.
3. Penyelesaian masalah, karyawan
yang berhubungan langsung dengan pelanggan harus memiliki kemampuan untuk
menjalankan tugas berdasarkan standar yang ada, termasuk pelatihan yang
diberikan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
4. Perbaikan, apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan harus mempunyai personel yang dapat menyiapkan
usah-usaha khusus untuk mengatasi kondisi tersebut.
Menurut Tjiptono[4], ada 4 karakteristik pokok pelayanan
(jasa) yang membedakannya dengan barang , yaitu :
1.
Intangibility : tidak
ada bentuk fisiknya sehingga tidak dapat dilihat, oleh karena itu pemasar
menggunakan sejumlah alat untuk membuktikan kualitas pelayanan (jasa) yang
ditawarkan.
2.
Inseparability
: pelayanan (jasa) yang dijual tidak terpisahkan dari orang yang
memasarkan. Pelayanan (jasa)
diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Service provider (penyedia jasa) dan customer (pelanggan) akan bertemu secara langsung maupun tidak
langsung sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan (jasa) dan karena itu
pula tidak dapat distandarisasi.
3.
Variability : pelayanan (jasa) yang beragam sangat tergantung
siapa yang menyajikan, oleh karena itu untuk dapat mengendalikan kualitas, PLN
melakukan seleksi yang ketat dan pelatihan yang tersistem bagi SDMnya,
menstandarisasi proses kinerja pelayanan (jasa) di seluruh internal PLN,
memonitor kepuasan pelanggan melalui survei atau kotak saran.
4. Perishability
: Karena sifatnya yang
tidak dapat disimpan, maka PLN harus mampu menjaga kontinuitas pasokan listrik
.
Menurut Zeitham1 dan Bitner[5], Kualitas pelayanan (jasa), adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Dengan demikian ada 2 faktor utama yang
mempengaruhi kualitas pelayanan (jasa), yaitu : expected service dan perceived
Service.Apabila pelayanan (jasa) yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan (expected service), maka
kualitas pelayanan (jasa) dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan
(jasa) yang diterima melampaui harapan pelanggan,maka kualitas pelayanan (jasa)
dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.Sebaliknya jika pelayanan (jasa) yang
di terima lebih rendah daripada yang di harapkan, maka kualitas pelayanan
(jasa) dipersepsikan buruk.Maka, baik tidaknya kualitas pelayanan (jasa)
tergantung pada penyedia pelayanan (jasa) dalam memenuhi harapan pelanggannya
secara konsisten.
Sepuluh faktor utama yang menentukan
kualitas kepuasan pelanggan (jasa) yang di kembangkan pertama kali pada tahun
1985 oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman[6]
meliputi 10 dimensi, yaitu :
1. Tangibles
; keberadaan fisik
pemberi pelayanan, meliputi tempat parkir, fasilitas gedung, tata letak dan
tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik, peralatan dan perlengkapan modern.
2. Reliability ; mencakup 2 hal pokok,yaitu konsistensi
kerja (performance) dan kemampuan
untuk dipercaya (dependability).Hal
ini berarti perusahaan memberikan pelayanan (jasa) nya secara tepat sejak saat
pertama (right in the firts time).Selain
itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya.
3. Responsiveness ; pelayanan yang baik harus disertai dengan
tingkat keikutsertaan /keterlibatan dan daya adaptasi yang tinggi, yaitu
membantu dengan segera memecahkan masalah.
4. Competence ; pelayanan yang baik harus di dasarkan
kepada kecakapan/keterampilan yang tinggi.
5. Access ;
meliputi memberikan/menyediakan keinginan
pelanggan dan pelayanan yang mudah dihubungi.
6. Courtesy ;
pelayanan yang baik harus disertai dengan sikap keramahan,
kesopanan kepada pihak yang dilayani.
7. Communication
; pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan berkomunikasi yang
baik dengan pihak yang di layani.
8. Credibility
; pelayanan yang baik
harus dapat memberikan rasa kepercayaan yang tinggi kepada pihak yang di
layani.
9. Security ; pelayanan yang baik harus memberikan rasa
aman kepada pihak yang di layani dan membebaskan dari segala resiko atau
keragu-raguan pelanggan.
10. Understanding
The Customer ; pelayanan
yang baik harus didasarkan kepada kemampuan menanggapi atau rasa pengertian
kepada keinginan pihak yang dilayani.
Dalam pengembangan selanjutnya
pada tahun 1990, kualitas pelayanan (jasa) dikelompokkan ke dalam 5 dimensi
oleh Parasuraman et.all[7]
,yaitu :
1. Bukti Langsung (Tangible), yaitu : sebagai fasilitas yang dapat dilihat dan di
gunakan perusahaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan,seperti gedung
kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan dan lain lain.
2. Kendala (Reliability), yaitu : kemampuan memberikan
pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan yang di harapkan, seperti kemampuan dalam menempati janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk meminimumkan kesalahan.
3. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu sebagai sikap tanggap, mau mendengarkan dan
merespon pelanggan dalam upaya memuaskan pelanggan, misalnya : mampu memberikan
informasi secara benar dan tepat, tidak menunjukan sikap sok sibuk dan mampu
memberikan pertolongan dengan segera.
4. Jaminan (Assurance), yaitu :kemampuan karyawan dalam menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan pelanggan melalui pengetahuan,kesopanan serta
menghargai perasaan pelanggan.
5. Kepedulian/Empati (Emphaty), yaitu : kemampuan atau kesediaan karyawan memberikan
perhatian yang bersifat pribadi, seperti bersikap ramah, memahami kebutuhan dan
peduli kepada pelanggannya.
Dalam 5 dimensi kualitas
pelayanan yang baru ini, dimensi Competence,Credibility dan Security dikelompokkan ke dalam dimensi Assurance, sedangkan dimensi Access,Courtesy,Communication
dan Understanding dikelompokkan ke
dalam dimensi Emphaty.
Sedangkan Zeithaml[8] menjelaskan bahwa kualitas
pelayanan berfokus terhadap evaluasi yang mencerminkan persepsi pelanggan dari
dimensi yang spesifik tentang pelayanan. Dan juga bahwa kualitas pelayanan
merupakan komponen daripada kepuasan pelanggan. Dalam hal ini bahwa kualitas
pelayanan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, seperti
yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Schiffman
dan Kanuk[9] menjelaskan bahwa pelayanan
merupakan suatu hal yang penting, sebab peningkatan daripada pelayanan itu
sendiri dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan pada waktu yang bersamaan
dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan Rangkuti[10]
menandaskan bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan kepuasan pelanggan. Lebih lanjut Handi Irawan[11] menjelaskan bahwa kualitas
pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong kepuasan pelanggan.
Jadi dari beberapa teori yang ada
kesimpulannya bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan.Teori ini digunakan dalam penelitian
karena mampu mengakomodasi dan mewakili obyek-obyek kualitas produk dan
kualitas pelayanan dari produk yang di teliti.Pada pengembangan
selanjutnya,dimensi tersebut diangkat menjadi variabel dimana dari
variabel-variabel ini kemudian diurai menjadi dimensi-dimensi dan
indikator-indikatornya.
Kualitas Layanan Menurut Harapan Pelanggan (Customer
Expectation)
Sebelum
diuraikan lebih lanjut tentang pengertian harapan pelanggan, terlebih dahulu
penulis mengemukakan definisi tentang pelanggan, dimana yang dimaksud dengan
pelanggan menurut Francis Buttle[12] dalam konteks bisnis ke
bisnis (B2B), adalah sebuah organisasi perusahaan atau sebuah institusi,
sedangkan pelanggan dalam konteks bisnis ke konsumen (B2C) adalah konsumen
akhir, yakni seorang individu atau sebuah keluarga. Kualitas layanan harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada harapan pelanggan. Hal ini berarti bahwa
citra kualitas yang baik bukan berdasarkan sudut pandang produsen, melainkan
berdasarkan sudut pandang harapan pelanggan. Lebih
lanjut Valarie A.Zeithaml dan Mary Jo Bitner[13]
mendefinisikan harapan pelanggan sebagai berikut ” Customer expectations are the standards of or reference points for
performance againts which service experiences are compared and are often
formulated in terms of what customer believes should or will happen”.
Artinya adalah bahwa harapan pelanggan merupakan standar acuan yang menjadi
petunjuk bagi pelanggan sebelum membeli suatu produk dalam menilai kinerja
produk tersebut.
1. Desired service
Suatu level yang merupakan harapan dari pelanggan mengenai pelayanan
yang mereka inginkan. Level ini merupakan perpaduan antara kepercayaan tentang
”yang diterima” (can be) dan ”yang seharusnya diterima”(should be).
2. Adequate service
Suatu tingkatan dimana pelanggan
akan menerima pelayanan. Dan juga pada level ini merupakan kemampuan dari pihak
manajemen untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dalam tingkatan ini
pelanggan akan mendapatkan pelayanan yang cukup.
[1] Lovelock,Christopher.2002.Service Marketing In
Asia.Prentice Hall Inc Singapore.Hal 5.
[2] Kotler,Philip.2003.Marketing Management, 11th
Edition.Prentice Hall.Inc.New Jersey . Hal 85
[3] Gronroos, C.1992.Service Management and
Marketing.Lexington Books.Massachusetts,Toronto
[4]Tjiptono, Fandy. Manajemen Jasa. Penerbita Andi Offset,
Yogyakarta , 2002, hal.25
[5] Zeithaml, Valarie A. and Bitner, Mary Jo. Service
Marketing. McGraw Hill Inc, Int’l Edition, New York , 2002, p.40
[6] Parasuraman, Valarie A. Z. and Berry . Delivering Service Quality. Mc Milan , New
York , 2002, p.21
[7] Op.cit, p.26
[8] Zeithaml,Valarie A and Bitner, M.J.2003.Service
Marketing.Tata McGraw-Hill.Hal 85
[9] Schiffman ,
Leon . G and
Kanuk, Leslie Lazar.2004.Consumer Behavior 8th edition. Pearson
Prentice Hall.Hal 191
[10] Rangkuti,Freddy.2002.Measuring Customer
Satisfaction.Gramedia Pustaka Utama.Hal 31
[11] Irawan,Handi.2002.10 Prinsip Kepuasan Pelanggan.Elex
Media Komputindo.Hal 38
[12] Buttle,Francis.2007.Customer Relationship
Management.Prentice Hall Inc.Hal 126
[13] Zeithaml,Valarie A and Bitner,M.J.2003.Service
Marketing.Tata McGraw-Hill.Hal 60
[14] Zeithaml,Valarie A and Bitner,M.J.2003.Service
Marketing.Tata McGraw-Hill.Hal 62
Bagus infonya bro buat nambah ilmu he he he
ReplyDeleteBagus mas . . .
ReplyDeleteIzin sedot buat Referensi pnulisan saya :)
TAMBAH LAGI DONK INFO MENGENAI KUALITAS PELAYANAN TEORI LOVELOCK
ReplyDeleteTAMBAH LAGI DONK INFO MENGENAI KUALITAS PELAYANAN TEORI LOVELOCK
ReplyDeleteijin ambil tullisannya buat refrensi penulisan saya maksh sblmnya
ReplyDeleteedisi tahun terbaru donk.... :)
ReplyDeleteAsseekk buat nambah ilmuu
ReplyDeleteAsseekk buat nambah ilmuu
ReplyDeleteAsseekk buat nambah ilmuu
ReplyDeletebagus artikelnya
ReplyDeletethanks for sharing..
ReplyDeleteIt was not first article by this author as I always found him as a talented author. Organization 13 Coat
ReplyDeleteslot pg 123 เกมของทางค่าย pg slot นี้เรียกว่าจัดหนักจัดเต็มกันทุกเกมที่ออกมาเลยเพราะเหตุว่ามีเกมให้เลือกเล่นมากมายมากยิ่งกว่า100รายการเกม ทำให้ผู้เล่นต่างชอบใจเกมของทาง pgslot
ReplyDelete