ATTITUDE
Secara umum, attitude merupakan suatu sikap,
perilaku dan tingkah laku yang seseorang lakukan dalam berinteraksi dengan
orang lain yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan
sikap tersebut.
Attitude sering sekali dikaitkan dengan
kesiapan mental individu yang mempengaruhi juga menentukan kegiatan individu
yang berhubungan dalam merespon obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya.
Attitude selalu berkenaan dengan suatu objek dan juga sikap terhadap objek yang
disertai dengan perasaan positif maupun negatif.
Karakterisitik Attitude :.
- Attitude
tidak dapat berdiri sendiri, namun senantiasa mengandung relasi tertentu
pada suatu objek.
- Attitude
bukan merupakan sikap yang tetap, namun dapat berubah-ubah. Perilaku atau
tingkah laku dapat dipelajari seseorang atau sebaliknya sehingga membuat
attitude dapat berubah-ubah bila terdapat keadaan-keadaan atau syarat
tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada individu tersebut.
- Attitude
bukan merupakan sikap yang dibawa sejak seseorang dilahirkan, melainkan
dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu tersebut dalam
berhubungan dengan orang lain.
- Attitude
memiliki segi-segi motivasi dan juga segi-segi perasaan.
- Objek
attitude merupakan suatu hal tertentu, namun juga bisa merupakan kumpulan
dari hal-hal tersebut. Dengan kata lain attitude dapat berkaitan dengan
beberapa objek sekaligus.Saya berikan
Contoh Kasus :
Tomy seorang Teknisi Instrumentasi di
Perusahaan Ban, dia memiliki kemampuan untuk menganalisis, trouble shooting,
memperbaiki, merancang program PLC.
Hampir semua Model dan Brand yang
ada di pasaran anda kuasai. Allen Bradley PLC (AB), ABB PLC (Asea Brown
Boveri), PLC Siemens, PLC Omron,
Mitsubishi PLC, Hitachi PLC, Delta PLC, PLC General Electric (GE), PLC
Honeywell, PLC Modicon, Schneider Electric PLC, PLC Bosch.
Disamping keahlian Teknis ini, Tomy memiliki sikap kerja yang kurang baik,
diantaranya tidak mau mengikuti Jam
kerja yang sudah ditetapkan perusahaan, dan tidak dapat bekerja secara Team.
Coba pikirkan, dengan keahlian
dibidang PLC tadi, dan Sikap atau Attitudenya apakah Tomy dapat berkontribusi optimal terhadap
perusahaan ?
Saya lebih senang menggunakan istilah
Mentalitas sebagai bentuk lain dari Attitude. Saya pikir istilah “ Mentalitas “
terdengar lebih akrab di telinga.
Dalam bukunya ‘ Kebudayaan Mentalitas
dan Pembangunan”, Koenjaraningrat, mendifinisikan mentalitas atau attitude
sebagai Keseluruhan dari isi serta
kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya.
Saya akan membahas, sedikit lebih
detail di sub bab berikutnya
PEKERJA
Siapakah Pekerja ? Dari sudut pandang
faktor produksi, pekerja merupakan salah satu Sumber Daya perusahaan yang
beraktivitas di semua tingkatan dan fungsi organisasi perusahaan. Aktivitas
yang dilakukan berdasarkan pembagian kerja / Job yang telah ditetapkan, dan
karenanya berhak menerima imbalan.
Masih tentang Pekerja, ada sebuah kiasan, yang barangkali anda juga
pernah dengar, begini bunyinya,” Pekerja
merupakan Asset perusahaan “.
Pemikiran ini tidak tepat, jika kita melihat definisi asset itu sendiri.
Beikut ini penjelasannya .
Pengertian
Aset (Aktiva)
Berikut ini adalah beberapa definisi dan pengertian
Aset (aktiva) menurut para ahli.
- Pengertian
Aktiva (Aset) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aktiva
adalah (harta) kekayaan, baik yang berupa uang maupun benda lain yang
dapat dinilai dengan uang ataupun yang tidak berwujud secara nyata,
seperti hak paten.
- Pengertian
Aset (Aktiva) menurut Wikipedia, Aset atau aktiva adalah
sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari.
Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.
- Pengertian
Aset (Aktiva) menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 16 revisi tahun 2011, Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki
oleh seseorang atau perusahaan, baik berwujud maupun tidak berwujud yang
berharga atau bernilai yang akan mendatangkan manfaat bagi seseorang atau
perusahaan tersebut.
- Pengertian
Aset (Aktiva) menurut Munawir (2007:30), Aset adalah sarana
atau sumber daya yang memiliki nilai ekonomis yang dapat mendukung
perusahaan dalam harga perolehannya atau nilai wajar harus diukur secara
obyektif.
- Pengertian
Aset (Aktiva) menurut Hidayat (2011), Aset adalah benda,
baik itu benda yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud
(intangible), bergerak ataupun tidak bergerak. Keseluruhan dari hal
tersebut mencakup dalam kekayaan yang di sebut aktiva atau asetdari suatu
instansi, organisasi, badan usaha ataupun dari individu perorangan.
- Pengertian
Aset (Aktiva) menurut Siregar (2004), Aset atau Aktiva
adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang
memiliki nilai guna atau ekonomi (economic value), nilai komersial
(commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang
dimiliki oleh suatu badan usaha, instansi atau perorangan.
Sifat Utama
Aset atau Aktiva
Terdapat 3 sifat utama dari suatu Aset atau Aktiva,
yaitu :
- Kepemilikan : Aset
mewakili suatu kepemilikan yang pada akhirnya dapat diubah menjadi uang
tunai dan setara kas.
- Nilai Ekonomi : Aset
memiliki nilai ekonomi dan dapat ditukar atau dijual.
- Sumber Daya : Aset
adalah sumber daya yang dapat digunakan untuk menghasilkan manfaat ekonomi
di masa depan
Contoh Asset :
- Kas
- Surat-surat
Berharga (saham, obligasi)
- Piutang
Dagang
- Perlengkapan
Kantor
- Persediaan
Barang Dagang
- Deposito Jangka Pendek
- Tanah
- Bangunan
- Mesin
- Peralatan
- Paten
- Merek
Dagang
Sumber Daya Manusia
(SDM) didefinisikan sebagai individu produktif yang bekerja sebagai penggerak
suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang memiliki
fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Peran dan Fungsi Sumber Daya Manusia dalam Ekonomi
1. Sumber
Daya Manusia sebagai Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk
dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang memiliki kemampuan untuk
mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik
untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
2. Sumber
Daya Manusia sebagai Tenaga Ahli
Sumber daya manusia bersama-sama dengan
teknologi dianggap sebagai keunggulan kompetitif untuk menjadikan sumber daya
manusia sebagai tenaga ahli dalam mengejar ketertinggalan dari pembangunan
ekonomi.
3. Sumber
Daya Manusia sebagai Pimpinan Perusahaan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana
orang-orang tertentu mempengaruhi tindakan, sikap dan nilai-nilai orang lain
dengan sukarela, antusias, dan dedikasi yang tinggi. Untuk menjadi seorang
pimpinan perusahaan yang baik, ia harus memiliki keahlian interpersonal yang
luar biasa. Sehingga mampu digunakan untuk memperbaiki hubungan yang retak
dengan para karyawan di dalam suatu organisasi.
4. Sumber
Daya Manusia sebagai Tenaga Usahawan
Tenaga usahawan adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun di luar hubungan kerja secara
mandiri. Tujuannya untuk menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sebagai tenaga usahawan maka sumber daya manusia harus melibatkan
dirinya dalam proses produksi.
5. Sumber
Daya Manusia dalam Menciptakan dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
IPTEK adalah segala sesuatu yang diketahui
mengenai pengetahuan suatu bidang yang disusun secara sistematis yang digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Ini bisa dilakukan di berbagai bidang
dengan menggunakan teknik atau metode dalam produksi barang dan jasa atau
teknologi-teknologi yang ada.
6. Mengorganisasikan
Penggunaan Berbagai Faktor Produksi
Pengorganisasian merupakan cara manajamen
merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif. Misalnya
terhadap sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.
7. Sumber
Daya Manusia sebagai Produsen
Produksi merupakan setiap perbuatan yang
menjadikan barang dapat lebih sempurna (dapat menambah nilai atau manfaat suatu
barang) untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal yang dimaksud dengan produsen
adalah pihak atau pelaku yang melakukan produksi dalam menambah nilai guna
suatu barang atau menciptakan barang baru. Sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Begitu Pentingnya subyek ini, oleh karena itu
dibutuhkan keahlian khusus untuk mengelolanya. Dari definisi ini, SDM bukan
hanya “sekedar” Asset, tapi justru ditangan SDM Asset perusahaan akan dikelola,
tentunya sesuai porsi masing masing, mulai dari level terbawah sampai level
teratas dalam strukutr organisasi perusahaan .
MENGELOLA
ATTITUDE atau MENTALITAS
Apakah Attitude atau Mentalitas Pekerja penting ? Yes ! Cerita Tomy Si Teknisi tadi cukup , memberikan
gambaran yang cukup jelas. Saat saya ditanya, mana yang lebih penting keahlian
/ shill teknis dengan Mentalitas, tanpa ragu saya akan lantang menjawab “
Mentalitas is No. 1 “. Saat saya melakukan interview untuk posisi tertentu,
saya akan tempatkan aspek ini di tingkat
paling atas dan paling penting.
Gap atau selisih antara kompetensi Teknis yang diharapkan dengan kompetensi
aktual bisa di selesaikan melalui Trainning dan Pelatihan. Saya sangat yakin, sistem Trainning yang baik akan
dapat menutup adanya Gap kompetensi Teknis dalam target waktu yang akurat.
Bagaimana dengan pelatihan Sikap Mental dasar, saat kita menetapkan standard , tidak
perlu repot –repot membuat konsesi.
Terlihat mudah melakukan screening (
penyaringan ) saat proses recruitmen, bagaimana jika kita mendapatkan sikap
mental yang tidak sesuai dengan nilai-nilai organisasi justru pada pekerja
Inilah inti Artikel saya, Sebagai pimpinan, kita harus menyelesaikannya,
tidak cukup dengan coaching dan counselling. Kita wajib memiliki alat bantu
yang dapat memberikan gambaran yang akurat posisi sikap mental pekerja secara
individu terhadap sikap mental yang
dibutuhkan organisasi.
Mendifinisikan kebutuhan Attitude /
Mentalitas / Sikap Mental Pekerja dalam organisasi perusahaan bukanlah hal yang
sulit bahkan cukup sederhana, karena
obyek ini sifatnya universal, umum dan normatif. Kita hanya perlu
bantuan para Ahli untuk mendefinisikannya.
Koentjaraningrat dalam bukunya ,
menyatakan hal berikut ini “ Apakah
sebenarnya sifat kelemahan dari mentalitas kita untuk pembangunan?” saya telah
membicarakan beberapa dari sifat kelemahan itu dalam karangan yang lalu.
Sifat-sifat yang saya sebutkan dalam karangan yang lalu itu adalah sifat –
sifat kelemahan dari mentalitas kita yang sudah ada sejak lama dalam sistem
nilai budaya kita yang tradisional, dan zaman sesudah revolusi.”
Beliau memberikan gambaran Mentalitas yang tidak cocok dengan pembangunan,
saya mempersepsikan ini sebagai mentalitas negatif atau Mentalitas yang kontra
produktif. Mentalitas kontraproduktif ini di bagi menjadi 2 bagian besar ,
yaitu 1) sudah tertanam didalam nilai budaya tradisional dan 2) timbul sesudah
jaman Revolusi
Mentalitas yang sudah ada dalam nilai budaya Tradisional :
· * Berorientasi vertikal, terhadap pembesar, berpangkat
tinggi, orang-orang tua dan senior
· * Sifat tidak
percaya pada diri sendiri
· * Sifat tidak
berdisiplin
· * Sifat
mengabaikan tanggung jawab
Mentalitas yang tibul sesudah era Revolusi
· * Mentalitas
yang meremehkan Mutu
· * Mentalitas
yang suka menerabas ( mentalitas mencari jalan paling gampang )
MEMBENTUK MENTALITAS
PEKERJA
apapun latar
belakang pendidikan, budaya, lingkungan pekerja saat memasuki organisasi
perusahaan, pekerja mutlak harus mengikuti aturan dan memiliki sikap mental
yang sejalan dengan nilai – nilai organisasi perusahaan. Ini adalah sesuatu
yang dasar ( basic ), dan pekerja
manapun memahami, saat dia memutuskan untuk bekerja dan mendapatkan keuntungan
ekonomis seperti upah.
Secara alami, semakin
berkembangnya skala atau ukuran perusahaan otomatis akan diikuti perkembangan
berbagai sistem didalamnya. Sistem Pemasaran, Sistem Operasional, Sistem
keuangan. Dan Sistem merupakan kumpulan aturan dan prosedure yang digunakan sebagai
dasar bagi elemen-elemen bersinergi untuk mencapai tujuannya.
Contoh : Sistem Pernafasan, dalam sistem ini tidak sekedar elemen – elemen atau
organ seperti hidung, mulut , tenggorokan, paru – paru, tapi irgan – organ ini
memiliki fungsi yang sangat spesific dan bekerja bersama – sama berdasarkan
aturan main yang sudah ditetapkan oleh Yang maha Kuasa.
Dalam organisasi perusahaan , elemen – elemen ini
berupa sumber daya yang dimiliki perusahaan, bisa Sumber daya manusia,
Teknologi, inftastruktur, keuangan, dsb.
Sumber Daya atau Resources ini akan beroperasi dan bersinergi berdasarkan
fungsi masing – masing dengan aturan dan prosedure yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Terkadang disinilah
masalahnya, problem sikap mental pekerja kadang muncul tidak hanya berasala dari diri pekerja itu
sendiri, melainkan Sistem dalam organisasi perusahaan itu sendiri yang memiliki
celah atau kekurangan, sehingga tanpa disadari malah membentuk mentalitas
pekerja yang kontra produktif.
Study Kasus :
Saya teringat pengalaman menarik saat saya menjalani masa trainning di Kurobe – Japan tahun 2004, saya perhatikan, ada pekerja yang sebelumya masuk dalam kategori
“biasa”, menjadi begitu luar biasa dalam hal produktivitas, saat saya tanya kenapa bisa seperti ini dia jawab terbawa oleh
lingkungan di Japan, dan celakanya, 3 bulan berikutnya saat masa trainning selesai dan kembali ke Indonesia,
dia menjadi pekerja biasa lagi. Menurut anda dimana masalahnya ?
Sistem tidak
ada yang bersifat kekal, seiring perkembangan perusahaan dan kondisi eksternal sistem wajib menyesuaikan dan terus di up
grade, Toh sistem juga buatan manusia bukan ?
Setelah
dipastikan sistem sudah cukup baik, atau setidak-tidaknya diasumsikan sudah
cukup baik, baru kita mengarahkan perhatian ke salah satu elemen didalamnya, yaitu
pekerja.
Kembalikan ke
kebutuhan dasar, kenapa pekerja itu bekerja. Pekerja bekerja untuk mendapatkan
Upah. Logika yang sederhana bukan ?
Tidak ada satu
orangpun yang memiliki DNA, Sifat dan karakter yang sama persis, begitu juga pekerja , dengan berbagai latar belakang akan membentuk sifat dan sikap yang bermacam - macam.
Perusahaan tidak
perlu bernegoisasi untuk mengakomodir segala perbedaan yang ada. Saat pekerja
masuk ke lingkungan organisasi, mereka wajib mengikuti seluruh aturan main
didalamnya, apapun level di struktur organisasi.
Sudah pasti,
Mentalitas kontra produktif yang
disampaikan Koenjaraningrat tidak akan diperbolehkan hidup dalam organisasi
yang berorientasi profit.
Saya ingatkan kembali, berikut beberapa mentalitas kontra produktif menurut Koenjaraningrat, 1) Berorientasi
vertikal, 2) Sifat tidak percaya pada diri sendiri, 3) Sifat tidak
berdisiplinn, 4) Sifat mengabaikan tanggung jawab, 5) Mentalitas yang
meremehkan Mutu, 6) Mentalitas yang suka menerabas ( mentalitas mencari jalan
paling gampang )
Saya pikir sudah cukup, jika kita menggunakan keenam aspek kualitatif ini sebagai acuan dasar untuk mengukur mentalitas pekerja.
Hipotesisnya : kondisi yang terjadi di
area output kerja saya akan sebut Hilir, akan dipengaruhi oleh Mentalitas Pekerja yang bersangkutan, variabel ini saya sebut Hulu.
Hubungan ini saya sebut sebagai Hubungan Hilir - Hulu
Misal, selama pekerja beraktivitas dengan mengikuti
prosedure, tidak akan terjadi masalah quality produk atau minimal cacat produk
masih berda di nilai toleransi. Berlaku untuk kebalikannya. Masalah quality
produk cacat merupakan maslah di Hilir, Hulunya ternyata pekerja ini memiliki Mentalitas
Meremehkan Mutu, dan suka menerabas.
Setelah memperoleh hubungan Hilir - Hulu, berikutnya buatlah koneksi dengan sistem pengupahan .
Selanjutnya Hubungan Hilir - Hulu, akan berkembang menjadi Hilir - Hulu - Upah
Tentunya ini
akan menjadi dasar bukan hanya saat akan memberikan sanksi atau punishment,
tapi juga saat memberikan penghargaan atau reward. Untuk membuat koneksi ini tentunya diperlukan Sistem Konversi, Sistem Pengukuran Kinerja, dan Sistem Remunerisasi yang saling terkait dan terintegrasi.
SISTEM KONVERSI , PENGUKUR KINERJA DAN REMUNERISASI
Sistem
Konversi, pada dasarnya yaitu mengkonversi semua akibat dari pelanggaran
prosedure kedalam bentuk rupiah ( currency ), bisa menggunakan indicator nilai
product, nilai material, nilai pekerja per jam, harga bahan bakar dan listrik, dll. Dan juga lupa,
nilai konversi ini digunakan bukan hanya
untuk memberikan sanksi atau punishment, tapi penghargaan atau reward.
Pengukur
kinerja, rekomendasi saya, gunakan Sistem Management By Objective ( MBO ) dan
Key Perfiormance Indicator ( KPI ) secara
tersinergi.
MBO digunakan
untuk mengukur performance atau kinerja setiap individu. Sumber:https://dedylondong.blogspot.com/2011/12/implementasi-management-by-objective.html
KPI digunakan
untuk mengukur performance Departemen
atau team kerja fungsi tertentu, karena angka yang muncul bersifat collective,
biasanya beberapa parameter penilaian di KPI digunakan juga sebagai parameter
di MBO untuk level Supervisor dan Manager, sesuai porsi tanggung jawabnya
Data terkait kinerja dan model konversinya, masuk
ke bagian Human Resources Departemen ( HRD ) untuk dimasukkan dalam komponen
gaji bulanan. Dan perhitungan Bonus Tahunan.
Sistem ini
tidak mudah, mulai dari tahapan disain sistem,
dan banyaknya variable data dari departemen yang berbeda dan harus akuntable
atau bisa dipertanggung jawabkan. Dan yang terpenting tidak melanggar
Undang-Undang. Ingat, sistem ini akan bersinggungan dengan sistem Gaji atau Remunerisasi.
Didalam upah /
gaji umumnya terdiri dari elemen gaji
pokok, elemen tambahan yang bersifat tetap/fix, dan elemen yang
berubah-ubah/variable, dan kesemuanya harus mengikuti aturan UMR sebagai jaring pengaman dan jaminan bagi pekerja.
Oleh karenanya sistem penggajian – MBO – KPI harus dirancang dengan cermat
dengan mempertimbangkan besarnya
variabel data yang diolah, akuntabilitas, dan tidak melanggar Undang – undang ( Ketenaga
kerjaan ).
Kesemua Sub
Sistem ini akan berintegrasi dan membentuk sebuah Sistem Induk yang mudah
dipahami aturan mainnya, namun sangat komplek karena melibatkan banyak sumber
data dengan berbagai jenis unit yang akan dikonversi menjadi unit currency.
Mudah dipahami
aturan mainnya dan sederhana logikanya, jika kinerja (hilir) anda memiliki
nilai angka tertentu, maka nilai ini akan mempengaruhi naik atau turunnya gaji.
Jika sistem mampu dengan baik menggambarkan hubungan antara kinerja Hilir dan
Mentalitas di Hulu. Pekerja dengan
sendirinya akan sadar dan suka rela untuk melakukan penrubahan sikap mental,
setelah itu baru kita bicara tahap kedua yaitu pelatihan dan trainning. Siapapun
ingin gajinya lebih , dan sebaliknya tidak ada pekerja yang mau gajinya kurang.
Tips : Jangan sekali – kali menerapkan sistem
ini tanpa didahului dengan analisis yang baik. Analisis yang baik dapat diperoleh
dengan melibatkan seluruh pekerja disemua tingkatan dan Managemen. Menjadi
sia-sia jika Sistem ini memberikan gambaran yang berbeda antara kinerja Pekerja
dengan perusahaan. Rasanya aneh, jika semua pekerja mendapatkan nilai positif,
mendapatkan gaji lebih, dan bonus , tapi disi lain Profit perusahaan turun.
Bisa dipastikan, sistem seperti ini masih
harus dilakukan perbaikan. Kabar
baiknya, sistem ini memang tidak mudah dan memang harus ada perbaikan terus
menerus.
GOOD LUCK
terimakasih artikelnya sangat bermanfaat
ReplyDeleteGames Online Terbaik
ReplyDelete-24 Jam Layanan Terbaik
-Proses Cepat Pasti Nyaman
-Real Player Vs Player No Robot
mcb poker
saya sangat setuju jika atitude menjadi hal no 1 buat pekerja
ReplyDeleteSelamatya Maps
Selain itu atitude juga berperan penting dalam kesuksesan seorang dalam bekerja
ReplyDeleteundangan pernikahan online, undangan pernikahan online bali dan selamatya.id
Mantab p dedi, mungkin bisa dibikin rumus regresi linear pak biar lebih mudah di buat simulasi
ReplyDeleteI thoroughly enjoyed this blog thanks for sharing
ReplyDeleteAUTOBETCASINO เล่น บาคาร่า อย่างไรให้ได้เงิน เคยไหม กับการเล่น บาคาร่า เพื่อต้องการเงินและกำไรจากการเดิมพัน แน่นอนว่า ทุกคนจะต้องอยากได้... ที่ autobetcasino
ReplyDeleteAre you planning on getting good-quality maintenance for your leather lounge? It is a great idea to take your leather items for deep cleaning once in a while to improve their functionality and appearance. De Vere is specialized in delivering the best leather cleaning services that will rejuvenate your leather items inside out and enhance your experience. To book a service, call us at 0754967455.
ReplyDeleteA pediatric urgent care clinic is highly reliable and beneficial to ensure immediate and effective assistance for your kid’s health issues. If you are unsure about the best pediatric urgent care in Palm beach, then Vital Urgent is the best option for you. With high-quality urgent care services rendered by expert healthcare professionals, your child is in safe hands at Vital Urgent. Additionally, their optimum services provide maximum comfort and convenience to the child, thereby keeping them calm throughout the process.
ReplyDelete