Pages

Saturday, September 10, 2011

Budaya Statistik


Statistik ....
Kembali ke masa-masa kuliah,  ilmu ini yang saya pikir paling aneh. Sama anehnya dengan saat mempelajari  Teori Relativitas waktu SMA kelas 3. Diperlukan pemahaman  istilah yang saya pikir tidak umum. misal  di statistik kita mengenal istilah probabilitas, tingkat keyakinan, faktor error, dan berbagai macam tools analisys. Sampai saya berpikir,  bagaimana ilmu ini bisa berguna dalam kehidupan riil.

Ternyata pemikiran masa lalu saya ini salah. 100 % salah !
Masih lekat di ingatan saat Pemilu, bagaimana begitu akuratnya prediksi quick count. Bagaimana bisa menghasilkan result yang sedemikian akurat, jawabannya hanya satu. STATISTIK

Itu hanya sebagian kecil kontribusi Statistik dalam bidang politik,  bagaimana dengan dunia industri ? Setali 3 uang. Dalam perkembangannya, statistik semakin menjadi  metode yang  sangat penting dalam management industri. Tentunya dengan format yang tampak bebeda. misal Statistik muncul dalam bentuk Total Quality Management atau TQM, lalu muncul  saat implementasi ISO, penerapan Quality Control Circle ( QCC ), GKM, implementasi 6 Sigma, dan masih banyak lagi.

Minat pada Statistik harus menjadi bagian dari Budaya perusahaan, ini bisa diwujudkan dengan menjadikannya kompetensi dasar bagi  leader di semua level dalam perusahaan. Mulai grup Leader, Supervisor, hingga manager harus memahami Statistik.
Statistik yang seperti apa ?

Statistik yang saya maksud yaitu Statistik Process Control atau biasa kita kenal SPC. SPC digunakan untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. 
Dalam SPC dikenal adanya “seven tools”. Seven tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah: Check Sheet, Stratifikasi, Histogram, Pareto, Fish Bone, Control Chart, Diagram Sebar.

Dalam prakteknya empat yang saya sebut pertama merupakan dasar dan sangat penting perannya. tanpa mengesampingkan metode yang lain penguasaan dan implementasi keempat alat kendali ini dengan  tepat, akan menghasilkan output  yang significant. Dari pengalaman, empat metode ini merupakan dasar dari semua metode statistik  yang "tampak" modern  di manufacture.

Bagaimana perusahaan bisa menerapkan ini ? sebelumnya saya akan tanya, apakah anda atau karyawan anda alergi dengan Matematika ? Apakah anda atau karyawan anda alergi dengan data angka ?

Saya tidak katakan  harus ahli dalam  ilmu Matematika ya.  Kata-kata "alergi" identik dengan tingkat ketertarikan atau minat. SPC tidak jauh dari angka dan perhitungan meski bisa dibilang itu masih hitung-hitungan sederhana, misal membuat Summary, Rata-rata, Nilai Tengah, dll.
Minat atau bahasa kerennya " Interest " karyawan bisa dimulai dengan minat mereka pada matematika.
Informasi ini sangat berguna saat perusahaan melakukan Recruitment.
GO TO HELL .. bagi siapapun yang bilang ini hanya teori.

Menjadi tidak penting perusahaan menerapkan berbagai macam sistem pengendalian manufacture. mulai dari Sistem ISO, Kaizen, TQM, Siq Siqma, QCC, dan lain sebagainya, jika di level leader tidak berminat pada angka-angka di check sheet. ini hal yang paling sederhana, yaitu bagaimana minat seseorang diukur dengan melihat bagaimana memperlakukan dan merawat dokumen. Bagaimana mengandalkan orang-orang yang membiarkan oli dan kotoran memenuhi lembaran check sheet ?  saya tidak melihat ini hanya lembaran kertas, tapi lebih dari itu, yaitu " kepedulian" dan " minat"  karyawan atau bahkan leader.
Pertanyaannya, Mengapa ini harus dimulai di tingkat Leader ?
Leader merupakan sosok panutan, ingat orang Indonesia masih kental dengan Budaya Paternalistik,

Berikut beberapa definisi Pemimpin Paternalistik ;

1. Dari segi persepsi yang timbul, pemimpin paternalistik banyak diwarnai oleh harapan dari para pengikutnya untuk dapat berperan aktif sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak untuk dijadikan tempat bertanya dan memperoleh petunjuk.
2. Dari segi sifat, pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian pada kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
3. Dari segi nilai yang dianut, biasanya pemimpin paternalistik lebih mengutamakan kebersamaan serta adanya perlakuan yang seragam yang lebih menonjol.
4. Dari Segi sikap yang dianut, bahwa pemimpin harus mengetahui segala seluk beluk kehidupan organisasional, sehingga yang terjadi adalah adanya pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pemimpin dan bawahan hanya sebagai pelaksana saja.
5. Dari ke empat faktor yang diuraikan diatas, maka penonjolan dominasi keberadaan pemimpin dan penekanan yang kuat pada kebersamaan serta lebih bercorak pada yang bersifat sebagai pelindung, bapak, dan guru.

Kesimpulannya dalam budaya paternalistik, seorang pemimpin dianggap sebagai orang yang selalu bisa memecahkan masalah, menjadi sosok panutan, dan sangat dihormati. Nah, coba anda bayangkan jika seorang leader, memiliki persepsi yang salah terhadap pemahaman fungsi Statistik dalam proses control, bagaimana dengan bawahannya. Jika hal dasar ini tidak bisa dikelola dengan benar, data-data menjadi tidak valid, dan hasil analisa tidak akan tepat sasaran. Seiring waktu proses statistik hanya akan menjadi rutinitas yang membosankan bahkan "menjengkelkan" bagi karyawan, dan tidak lebih dari Formalitas untuk mendapatkan Sertifikasi.

Mari berandai-andai, apabila kondisi ini terjadi di level middle dan Top dalam organisasi perusahaan.Contohnya level Supervisor atau Manager. Jika dilevel pemimpin tengah ( midle leader ) dan atas ( Top leader ) memiliki ketidaktertarikan terhadap penerapan statisctic, bisa dipastikan seluruh elemen organisasi juga memiliki  Mind Set yang identik. Akibatnya pemecahan-pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan ilmu statistik menjadi  sesuatu yang aneh. Pengambilan keputusan lebih didominasi oleh faktor Feeling, Naluri, dan Perkiraan ( Trial-Error ). Saya tidak perlu lagi menjelaskan jika ini terjadi. Sistem akan Crowded / kacau, selalu timbul masalah, efisiensi rendah, dan akan bermuara pada apa yang dinamakan " Menurunnya Daya Saing Perusahaan ".

Oleh karenanya sosialisasi dan pemahaman akan peranan statistik harus benar-benar meresap dan disadari sepenuhnya pertama oleh Leader, saya berpikir Trainning Statistic untuk Level leader harus memiliki porsi yang besar, baru setelah itu sosialisasi ke karyawan.  Sejak usia pendidikan dini, Matematika menjadi  momok, dan "tidak diminati" oleh sebagian orang Indonesia. Ini tantangannya, merubah pola pikir ini tidak mudah.
Tetapi tidak ada kata "tidak bisa", yang ada hanya " tidak bersedia", Jika sudah menunjukkan indikasi seperti ini, saran saya sederhana, promosikan seseorang untuk menggantinya.

Tidak ada kata tidak bisa, yang ada hanya " tidak bersedia", Jika sudah menunjukkan indikasi seperti ini, saran saya sederhana, promosikan seseorang untuk menggantinya.



Saat karyawan menghargai  check sheet-check sheet di lantai produksi, mereka jaga kebersihannya, mereka tulis dengan angka-angka yang terbaca dengan jelas. Supervisor-supervisor  dengan antusias mengolah data-data ini, dan bersama-sama manager menganalisa dan menetapkan suatu strategi. Saya katakan, Statistik sudah menjadi Budaya Perusahaan. Dengan sedikit sentuhan PDCA, anda sudah memiliki sistem kendali process yang luar biasa efektif.

Good Luck !




1 comment:

  1. Nice artikel bro..
    thanks infonya sangat inspiratif sekali :D

    ReplyDelete