Pages

Saturday, August 27, 2011

Bekerja Dengan Hati


Saya terbiasa melihat segala sesuatu di manufacture dari perspektive ilmiah, barangkali anda pernah dengar mengenai "Scientific Management". Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911, mendeskripsikan Scientific management adalah penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Saya salah satu pengagum berat ide ini.


Judul tulisan saya kali ini, "Bekerja Dengan hati". Sepintas terlihat tidak ilmiah dan lebih mengedepankan perasaan. eitt .. tunggu dulu, dengan metodologi penelitian kualitatif sebenarnya hal ini bisa dianalisis secara ilmiah, tapi saya tidak akan bahas itu. Bekerja denan hati bisa menjadi indikator untuk mengukur aspek Motivasi kerja seseorang. Lepas dari konteks teoritis, hal yang terpenting yaitu bagaimana kita memilikinya.

Minggu ini, dunia olah raga kembali tersihir oleh sepak terjang Lionel Messi, saat Bareclona meraih trophy Piala Super Eropa . Skill bak Alien, Gaji super tinggi, dan sangat mencintai sepak bola.
Di belahan dunia yang lain, saya perkenalkan ke anda, Pak Suparjo, Staff Enginering Perusahaan Ban di Tangerang, Skill tinggi, sangat mencintai pekerjaannya,tapi berbeda nilai gajinya, Bak langit dan Bumi.

Pak Parjo, saya mengenal betul pria ini, awal 1998, saat saya bekerja, beliau atasan saya. Kami semua respect dengannya. Sederhana, Rendah hati, sabar, bekerja dengan komitmen dan kualitas yang tinggi, 24 hours ready, dan bersedia melatih kami yang masih muda-muda dan kurang ajar dengan sepenuh hati. Meski tidak lepas dari masalah kebanyakan pekerja di manufacture yaitu keuangan keluarga. Dedikasi ke pekerjaan tetap yang utama.
Barangkali anda berpikir ini penilaian subyektif saya, jawaban saya " bukan ", sejak 1998 sampai saat ini saya memiliki kesempatan untuk bekerja di Perusahaan-perusahaan manufacture tingkat internasional, mulai dari level struktural bawah, hingga tidak ada lagi orang lain diatas saya kecuali owner dan keluarganya. Mulai dari perusahaan Lokal, Jepang, korea, dan jerman. Saya sudah bertemu dengan banyak orang sebagai comparasi. Jadi, saya sangat yakin dengan obyektivitas penilaian ini.

Kedua pria yang saya sebutkan diatas begitu mencintai pekerjaannya. Meskipun dengan motif yang berbeda. Messi memiliki motivasi yang berawal dari hobby dan cenderung bersifat internal, Pak Parjo termotivasi untuk mencintai pekerjaannya karena tuntutan faktor eksternal, yaitu memenuhi kewajiban sebagai kepala rumah tangga.


Tahun 1940-1950 Abraham Maslow memperkenalkan Diagram Maslow, yang bertujuan untuk menganalisa berbagai motivasi manusia.

Dia mengkatagorikan hirarkie kebutuhan dalam 5 tingkatan : 

1. Tingkat yang paling bawah (dimana yang paling rendah dan banyak manusianya)

ialah tingkatan kebutuhan fisik, dimana manusia ditingkat ini hanya butuh pemenuhan

makanan, kehangatan (rumah), tidur, sex, dan kebutuhan dasar lainnya.

2.Tingkat yang lebih tinggi (II), dimana makin sedikit yang masuk kedalamnya

adalah tingkat kebutuhan akan keamanan, tingkat pemenuhan akan keamanan

termasuk keamanan secara psikologi (melalui asuransi) 

3.Tingkat yang kemudian (III) yaitu kebutuhan akan cinta dan kepemilikan yang

dimaksud adalah kebutuhan akan penghargaan dari linkungannya dari grupnya

juga cinta dan afeksi dari sekitarnya.  

4.Tingkat yang lebih tinggi (IV) dinamakan esteem needs dimana manusia yang masuk

kedalamnya makin mengecil (makin sedikit jumlahnya) yaitu tingkat kebutuhan

penghormatan dari orang lain atau self esteem. Yaitu sepeti memperoleh Awards...  

5.Tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan akan self aktualisasi, aktualisasi diri. 
Teori maslow ini sangat umum dan sudah sering kita dengar. Lepas dari pro dan kontra yang ada, Teori ini hanya membantu untuk memberikan gambaran dari tingkat pencapaian manusia. Tidak lebih dari itu.

Untuk berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya yang lebih tinggi, banyak faktor yang ada didalamnya, mulai dari Lingkungan , budaya, pendidikan, kondisi alam, kemampuan menyerap informasi, faktor sumber daya alam, Kondisi politik dan ekonomi, faktor myelin, dll. Hingga sepertinya tidak banyak orang - orang besar di setiap peradaban. Mulai Nabi, Newton, Enstein, Steve jobs, maradona, messi, dan banyak lagi. Sehingga kita seperti dipaksa memahami " teori nasib"

Nasib messi berbeda dengan nasib Pak Parjo. Kadang kita mau tidak mau harus memahami realitas ini. lepas dari Rewards yang dimiliki. Mereka memiliki kadar kecintaan yang sama terhadap pekerjaannya. Hanya di tingkat yang berbeda jika melihat diagram maslow.
Dosen saya, Prof. Sjafrie Mangkuprawira, kalangan praktisi HR di IPB dan beberapa University di jakarta barang kali pernah mendengar mengenai beliau ( atau kunjungi Link berikut ) pernah mengatakan " IKHLAS " merupakan salah satu unsur terbesar dalam memotivasi kerja.

Saya percaya bahwa manusia itu diciptakan bukan untuk hal yang sia-sia. saya juga yakin jika Tuhan memiliki rencana buat setiap individu manusia agar menjadi berguna. Pak Parjo, Saya, dan masih banyak orang, barangkali sebelumnya tidak menginginkan bekrja di pabrik, identik dengan dunia kerja yang keras dan bergaji rendah. Jika anda masih bersama saya saat ini. Tuhan memiliki rencana bagi kita untuk membangun bidang ini.

Saya tidak mengatakan motivasi bertahan hidup itu buruk, meski juga tidak bisa dibilang baik. Motivasi Spiritual dari dalam diri masing-masing akan sangat bermanfaat bagi kita untuk lebih 'Bekerja dengan hati"








No comments:

Post a Comment