Pernahkah
anda nonton film "Waiting for Superman" nya Davis Guggenheim ? Ini merupakan film dokumenter, menceritakan
mengenai sistem pendidikan di USA. Film Dokumenter ini membalikkan pendapat
umum mengenai pengaruh pendidikan terhadap kemerosotan sosial di lingkungan
masyarakat. Sebelumnya ada pendapat yang menyatakan bahwa lingkungan (sosial) yang buruk
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan ( dilingkungan itu ). Dalam sebuah penelitian, ternyata pendapat ini ditolak, dan berlaku sebaliknya.
Yaitu Pendidikan yang berkualitas rendah berpengaruh pada terciptanya lingkungan yang buruk.
Hal
yang sangat menarik, dalam film ini
peneliti pendidikan menggunakan Nilai
Matematika dan SAINS/Ilmu pengetahuan di
tingkat pendidikan dasar, dan prosentase diterimanya pelajar-pelajar ini di
tingkat Junior dan High school hingga University, untuk mengukur kualitas
pendidikan. Hasilnya, nilai di mata pelajaran ini dan prosentase ditermanya
pelajar-pelajar di pendidikan dasar ke sekolah lanjutan favorit benar-benar
rendah. Kondisi ini paralel dengan
situasi real yang dialami oleh perusahaan-perusahaan besar di USA, seperti
Oracle, IBM, dll. Pada beberapa tahun terakhir perusahaan – perusahaan besar USA mendapatkan pekerja unggulan dari luar
negeri, seperti China , Hindia dan sulit
mendapatkan pekerja yang sesuai qualifikasi dari
dalam negeri.
Ada kalimat yang begitu menarik, dan memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi film.
Ada kalimat yang begitu menarik, dan memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi film.
" The fate of our country won't be decided on a battlefield, it will be determined in a classroom "
Kembali
ke Indonesia, mari kita bicara Industri manufacture nasional. Saya pernah
menulis atikel dengan judul “ Budaya
statistik “, minggu lalu saya jadi guru les matematika dadakan untuk keponakan saya. Mata pelajaran SD untuk persiapan UAN. Apa saya yang lupa, ternyata Statistik sudah mereka pelajari lho, memang
baru statistik dasar. Tapi ini menggembirakan dan sangat tepat, tinggal bagaimana menarik minat
mereka untuk lebih tertarik pada matematika dan statistik. Tidak berbeda dengan cerita di USA tadi, sampai sekarang Matematika dan SAINS masih menjadi momok bagi pelajar kita.
Kembali
ke industri manufacture Indonesia. Dalam film Waiting for Superman, dibuktikan bahwa kualitas pendidikan terutama dibidang Matematika dan SAINS memberikan pengaruh yang sangat significant terhadap kualitas individu dalam membangun lingkungannya, mata pelajaran ini membentuk sistematika
berfikir, Logika, dan ilmiah. Ini akan menjadi dasar bagi penguasaan hampir semua bidang keilmuan. Saya setuju
sepenuhnya dengan hasil penelitian, kesimpulan, hingga saran.
Salah
satu kelemahan sistem manufacture di Indonesia dari sisi intern perusahaan diantaranya ; rendahnya tingkat
analitycal, cara berpikir yang tidak logis dan sistematis, dan lebih buruknya, keputusan diambil tidak berdasar fakta dan data akurat.
Dengan berseloroh saya pernah mengatakan ini pada teman saya, “ Gimana kita mau terapkan manajemen modern yang aenh-aneh, wong ilmunya adam smith yang tahun 1776 kita masih belum bisa nerapin dengan bener “ .
Ini fakta, Industri manufacture nasional memiliki titik lemah yang identik dalam hal implementasi “ Scientific management “. Dalam Link artikel ini http://dedylondong.blogspot.com/2009/01/manajemen-produksi-dan-operasi-history.html , Frederic Taylor menyatakan “ Manajemen harus mengganti metode coba-coba yang tidak ilmiah (Rule of Thumb Method). Dalam hubungan ini Taylor menekankan juga pentingnya peranan manusia dalam sistem produksi, dan pentingnya masalah-masalah diselesaikan secara ilmiah”. Dikemudian hari gagasan ini dinamakan The Scientific Management ( Manajemen Ilmiah ). Jika titik lemah ini dimiliki sebagaian besar industri, bisa dibayangkan betapa rapuhnya Industri nasional kita saat ini.
Dengan berseloroh saya pernah mengatakan ini pada teman saya, “ Gimana kita mau terapkan manajemen modern yang aenh-aneh, wong ilmunya adam smith yang tahun 1776 kita masih belum bisa nerapin dengan bener “ .
Ini fakta, Industri manufacture nasional memiliki titik lemah yang identik dalam hal implementasi “ Scientific management “. Dalam Link artikel ini http://dedylondong.blogspot.com/2009/01/manajemen-produksi-dan-operasi-history.html , Frederic Taylor menyatakan “ Manajemen harus mengganti metode coba-coba yang tidak ilmiah (Rule of Thumb Method). Dalam hubungan ini Taylor menekankan juga pentingnya peranan manusia dalam sistem produksi, dan pentingnya masalah-masalah diselesaikan secara ilmiah”. Dikemudian hari gagasan ini dinamakan The Scientific Management ( Manajemen Ilmiah ). Jika titik lemah ini dimiliki sebagaian besar industri, bisa dibayangkan betapa rapuhnya Industri nasional kita saat ini.
Dalam
scope mikro, internal perusahaan harus fokus untuk membangun budaya ini melalui aktivitas Human Development seperti Trainning, dan untuk ruang lingkup makro, pendidikan terutama peningkatan kualitas pendidikan, terutama di bidang
matematika dan SAINS mulai dari pendidikan dasar wajib menjadi perhatian utama. Jika bicara peningkatan kualitas sistem pendidikan, pastinya tidak terlepas dengan Anggaran Pendidikan Nasional, memang di tahun 2012 sudah mengalami kenaikan sebesar -+7.5 %. Pemerintah bersama Legislatif harus bersama-sama bersinergi untuk membangun sistem pendidikan nasional.
Tanpa mengecilkan pengaruh pelajaran lainnya, bidang keilmuan inilah yang menjadi dasar bagi perkembangan manufacture Indonesia di masa datang.
Bukankah sudah terbukti pertumbuhan sektor real memberikan dampak langsung pada pertumbuhan dan penguatan struktur ekonomi nasional ? Sampai kapan kita impor Garam, cylinder-cilinder Hidrolic dan pneumatic, perlengkapan control, parts electronic, bijih plastik, baut stainless, hingga isi staples, dan masih banyak spare parts dan chemical dasar ? Saya sangat yakin, waktunya akan tiba....
Mengenai tulisan saya mengenai sinergi Eksekutif - Legislatif, Damn ! .... Saya hampir tidak percaya menulis kalimat ini, kenyataannya kondisi politik nasional terus memanas. Setiap hari kita disuguhi berita seperti ini dan media terus memblow up untuk meningkatkan rating, kombinasi yang pas bukan ? Kenyataannya tidak ada lagi kata sinergi di eksekutif sendiri, atau antara eksekutif dan legilatif. Situasinya lebih mirip seperti "ajang pertarungan". Di Kompasiana, Anjrah Lelono Broto dengan artikel yang berjudul Republik Nepotisian menyebut kata "Klan " untuk menggambarkan situasi perpolitikan kita.
What should we do ... This is Our lovely Indonesia. Disatu sisi sangat memprihatinkan, namun disisi lain saya senantiasa berdoa untuk terjadinya perubahan untuk perbaikan, termasuk dalam aspek pendidikan ini.
Tanpa mengecilkan pengaruh pelajaran lainnya, bidang keilmuan inilah yang menjadi dasar bagi perkembangan manufacture Indonesia di masa datang.
Bukankah sudah terbukti pertumbuhan sektor real memberikan dampak langsung pada pertumbuhan dan penguatan struktur ekonomi nasional ? Sampai kapan kita impor Garam, cylinder-cilinder Hidrolic dan pneumatic, perlengkapan control, parts electronic, bijih plastik, baut stainless, hingga isi staples, dan masih banyak spare parts dan chemical dasar ? Saya sangat yakin, waktunya akan tiba....
Mengenai tulisan saya mengenai sinergi Eksekutif - Legislatif, Damn ! .... Saya hampir tidak percaya menulis kalimat ini, kenyataannya kondisi politik nasional terus memanas. Setiap hari kita disuguhi berita seperti ini dan media terus memblow up untuk meningkatkan rating, kombinasi yang pas bukan ? Kenyataannya tidak ada lagi kata sinergi di eksekutif sendiri, atau antara eksekutif dan legilatif. Situasinya lebih mirip seperti "ajang pertarungan". Di Kompasiana, Anjrah Lelono Broto dengan artikel yang berjudul Republik Nepotisian menyebut kata "Klan " untuk menggambarkan situasi perpolitikan kita.
What should we do ... This is Our lovely Indonesia. Disatu sisi sangat memprihatinkan, namun disisi lain saya senantiasa berdoa untuk terjadinya perubahan untuk perbaikan, termasuk dalam aspek pendidikan ini.
" Kemajuan manufacture kita tidak ditentukan oleh aktivitas lantai-lantai produksi, melainkan dari ruangan - ruangan kelas sekolah "
One of the drawbacks of the production system in Indonesia from the inside of the company is the low level of education in the country.good inform the reader about something
ReplyDelete