Perlahan namun pasti, kita akan memasuki era revolusi industri ke 4. Istilah populernya Industri 4.0
Revolusi ini didorong oleh kemajuan dalam artificial intelligence atau kecerdasan buatan, robotika, kendaraan yang mampu mengemudi sendiri, pencetakan 3-D, nanoteknologi dan bidang lain sains. Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada pertemuan tahunan WEF 2015, menjelaskan Industri 4.0 tak lain mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri.
Dunia telah berkembang melewati 3 tahap, Revolusi industri pertama menggunakan air dan tenaga uap untuk mekanisasi produksi. Revolusi kedua menggunakan tenaga listrik untuk produsi massal. Revolusi ketiga menggunakan teknologi elektronik dan informasi untuk otomatisasi sektor produksi.
Di sela agendannya menghadiri World Economic Forum on ASEAN 2017 di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (12/5), Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Sistem Industry 4.0 ini akan memberikan keuntungan bagi industri, misalnya menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen. (http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-Industri-Keempat)
Ungkapan optimis Pak Menteri memasuki era Industri 4.0 patut diapresiasi, tentunya harus diikuti kebijakan-kebijakan nyata yang benar-benar menopang dan mendorong Industri manufacture Nasional sehingga datanganya era ini benar-benar dinikmati sebagai peluang meningkatkan profit perusahaan.
KEMBALI KE INDUSTRI DALAM NEGERI ...
Membicarakan hal-hal yang positif di era industri 4.0 selalu menyenangkan. Tapi, sebagai praktisi saya bingung, kalaupun diterapkan di lingkungan industri saat ini, seberapa besar porsinya, dan mulai dari mana ...
Mesin – mesin yang dimonitor dan dikontrol secara online melalui jaringan internet bukanlah hal baru. Tentunya selama ada jaringan internet dan dibukakan akses. Namun berbicara mengenai teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Augmented Reality, adalah hal yang lain, kecuali yang sedang kita bicarakan ini pabrik-pabrik dalam film dokumenter “ Mega Factory” di National Geographic Channel. Disamping itu rendahnya penyerapan tenaga kerja secara nasional akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Bagaimana tidak, di era ini, industri tidak hanya install mesin-mesin otomatis, dan sistem roboticdi satu lokasi. Namun perusahaan yang menerapkan teknologi sama, misal di Detroit , Shenzen , dan Purwakarta, cukup di monitor dan dikontrol di satu lokasi, dan disanalah pusat pengendali teknologinya. Dari sisi internal perusahaan, model seperti ini akan mengurangi tenaga kerja di level tertentu, dan bisa menurunkan biaya produksi. Namun dari sisi kepentingan Nasional, akan berbeda ceritanya. Pastinya harus dilakukan riset yang lebih mendalam mengenai hubungan faktor-faktor ini beserta pengaruhnya.
Untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia saya sama sekali tidak kuatir, karena aktualnya, revolusi Industri tahap ke-3 pun kita belum melewati ;)
Akan tetapi di luar sana, Industri besar di China, Amerika, Eropa sudah mulai mengarah ketahap sana, mereka dapat memproduksi barang dengan kualitas yang konsisten dan harga yang ekonomis. Kalau begini ya ujung-ujungnya ke Industri dalam negri bukan, barang kita gak laku, keuntungan perusahaan berkurang, lalu pengurangan tenaga kerja.
Artinya datangnya era industri 4.0 sama pastinya dengan terbitnya matahari besok pagi. Siap tidak siap ya harus kita lalui dan hadapi, ini realitanya.
Apakah ini akan menjadi berkah atau Tsunami bagi kita, hanyalah kita yang bisa menjawab, kesiapan sumber daya manusia mulai dari tahap pendidikan dasar sampai tinggi mutlak diperlukan. Saya pikir sudah waktunya pemerintah melalui Departemen terkait, memberikan pendampingan melalui pelatihan-pelatihan teknis dan managerial berkala dan terstruktur secara nasional untuk level supervisor dan manager.
Situasi yang memusingkan bagi pengusaha, apakah kita harus galau. Jawabannya 100 % tidak. Justru disinilah peluang kita sebagai pekerja pabrik. Salah satu solusi dari pengusaha yaitu merekrut manager – manager yang dapat memberikan solusi bagi permasalahannya, diantaranya dengan meningkatkan output produksi dengan biaya minimal , mungkin andalah salah satunya.