SEJARAH LEAN MANUFACTURING
Perusahaan-perusahaan AS selalu berusaha mencari berbagai strategi efisiensi yang dapat menurunkan biaya, meningkatkan output, menjadi lebih kompetitif, dan meningkatkan pangsa pasar. Orientasi proses dan produksi masal yang berjaya sebelum masa PD II telah berubah menjadi orientasi hasil, fokus pada output, dan sistem produksi.
Perusahaan-perusahaan Jepang
setelah masa PDII berusaha membangun kembali diri mereka. Masalah-masalah yang
mereka hadapi sangat berbeda, bahkan bertolak belakang dengan apa yang ada di
Barat. Pada saat Barat bergelimang dengan sumber-sumber daya, mereka mengalami
kekurangan sumber daya manusia, material, maupun finansial. Kondisi ini memaksa
mereka untuk mengembangkan praktek-praktek manufaktur baru yang rendah biaya.
Pimpinan-pimpinan perusahaan Jepang terdahulu seperti Eiji Toyoda, Taiichi
Ohno, dan Shingeo Shingo dari Toyota Motor Company, mengembangkan sebuah sistem
produksi yang disiplin dan berfokus pada proses yang sekarang dikenal sebagai “Toyota
Production System” atau “Lean Production”. Tujuan dari sistem ini
adalah untuk meminimumkan penggunaan sumber-sumber daya yang tidak memberi
nilai tambah pada produk.
Konsep “Lean Manufacturing”
dipopulerkan di Amerika oleh Massachusetts Institute of Technology dalam studi
mengenai pergerakan dari produksi masal kearah produksi seperti yang dijabarkan
dalam The Machine that Changed the World
(Womack, Jones & Roos, 1990). Disana dibahas mengenai perbedaan besar
antara kinerja perusahaan otomotif Amerika dan Jepang. Buku tersebut juga
membahas elemen-elemen penting yang menyebabkan lean production bisa mewujudkan
kinerja tinggi.
Istilah lean digunakan karena metode bisnis Jepang menggunakan lebih
sedikit usaha manusia, investasi, ruang produksi, material, dan waktu dalam
semua aspek operasional. Persaingan antara perusahaan-perusahaan otomotif
Jepang dan AS selama 25 tahun belakangan menyebabkan prinsip-prinsip lean diadopsi keseluruh bisnis
manufaktur AS.
APAKAH LEAN
MANUFACTURING
Lean Manufacturing bisa didefinisikan sebagai:
“Pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasikan dan mengeliminasi pemborosan/waste
melalui perbaikan berkesinambungan dengan aliran produk berdasarkan kehendak
konsumen (pulll system) dalam
mengejar kesempurnaan. “ Pull System dikenal juga dengan Just In Time ( JIT )
atau Produksi Tepat waktu.
Waste didefiniskan sebagai segala aktivitas pemakaian
sumber daya (resources) yang tidak
memberikan nilai tambah (value added)
pada produk. Pada dasarnya semua waste
yang terjadi berhubungan erat dengan dimensi waktu. JIT mendefinisikan ada 8
jenis waste yang tidak memberikan
nilai dalam proses bisnis atau manufaktur, antara lain adalah sebagai berikut (Liker, 2006):
memproduksi lebih banyak dari yang
permintaan, atau memproduksi sebelum diinginkan. Hal ini terlihat pada simpanan
material. Ini adalah akibat dari produksi berdasarkan permintaan spekulatif.
Produksi
berlebihan juga berarti membuat lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh proses
berikutnya, membuat sebelum diinginkan oleh proses berikutnya, atau membuat
lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh proses berikutnya.
Penyebab
over produksi : Logika just-in-case
(untuk jaga-jaga), Penggunaan otomatisasi yang salah, Proses setup yang lama, Penjadwalan yang salah,
Ketidakseimbangan beban kerja, Rekayasa berlebihan, Inspeksi berlebihan, dll.
2. Menunggu (Waiting)
waktu
menunggu dalam proses harus dihilangkan. Prinsipnya adalah memaksimalkan
penggunaan / efisiensi pekerja daripada memaksimalkan penggunaan mesin-mesin.
Penyebab
menunggu termasuk: Ketidakseimbangan beban kerja, Pemeliharaan yang tidak
terencana, Waktu setup yang lama, Penggunaan
otomatisasi yang salah, Masalah kualitas yang tidak selesai, Penjadwalan yang
salah, dll.
3. Transportasi (transportation)
tidak
ada nilai tambah pada produk. Daripada memperbaiki transportasi, akan lebih
baik bila dikurangi atau dihilangkan. Beberapa penyebab transportasi tinggi: Layout
pabrik yang buruk, Pemahaman yang buruk terhadap aliran proses produksi, Ukuran
lot besar, lead time besar, dan area penyimpanan yang besar.
4. Memproses secara
keliru/berlebihan (Inefficient Process)
harus
dihilangkan dengan cara bertanya mengapa sebuah proses diperlukan dan mengapa
sebuah produk diproduksi. Semua langkah proses yang tidak diperlukan harus
dihilangkan.
Beberapa
penyebabnya: Perubahan produk tanpa perubahan proses, Logika just-in-case, Keinginan konsumen yang
sebenarnya tidak jelas, Proses berlebihan untuk menutupi downtime, Kurang komunikasi.
5. Work In Process (WIP)
material
antar operasi yang timbul karena lot produksi yang besar atau proses-proses
dengan waktu siklus yang panjang.
Penyebab
inventory berlebihan: Melindungi perusahaan dari inefisiensi dan
masalah-masalah tak terduga, Kompleksitas produk, Penjadwalan yang salah, Peramalan
pasar yang buruk, Beban kerja tidak seimbang, Supplier yang tidak bisa
diandalkan, Kesalahan komunikasi,
6. Gerakan yang tidak perlu
(unnecessary motion)
Gerakan-gerakan tubuh yang tidak perlu, seperti
mencari, meraih, memutar akan membuat proses memakan waktu lebih lama. Daripada
melakukan otomatisasi terhadap gerakan sia-sia, operasionalnya sendiri yang
seharusnya diperbaiki.
Penyebabnya antara lain: efektifitas manusia/mesin yang buruk, metode
kerja yang tidak konsisten, layout fasilitas yang buruk, pemeliharaan dan
organisasi tempat kerja yang buruk, gerakan tambahan saat menunggu
7. Produk cacat (defective product)
Memproduksi barang cacat, sehingga membutuhkan pengerjaan ulang
atau bahkan dibuang karena tidak bisa diperbaiki. Jelas ini merupakan
pemborosan pemakaian bahan, waktu, tenaga kerja, dan sumber daya yang lain. Aktivitas
ini merupakan kesia-siaan yang sempurna.
Mencegah timbulnya cacat lebih baik daripada mencari dan memperbaiki cacat.
Penyebabnya antara lain: Kontrol proses yang lemah, Kualitas buruk, Tingkat
inventory tidak seimbang, Perencanaan maintenance yang buruk, Kurangnya
pendidikan / training / instruksi kerja, Desain produk, Keinginan konsumen
tidak dimengerti .
8. Kreativitas karyawan
yang tidak dimanfaatkan (Underutilizing People)
Kehilangan waktu, gagasan, keterampilan, peningkatan,
dan kesempatan belajar karena tidak melibatkan atau mendengarkan karyawan.
Penyebabnya
antara lain: Budaya bisnis, politik, Perekrutan yang buruk, Rendah / tidak
adanya investasi untuk training, Strategi upah rendah, turnover tinggi
Sangat Menarik bukan ? saya tidak akan membahas Lean Manufacturing sebagai “konsep” dan
“knowledge”, saya pikir dengan browsing di Internet dan tinggal masukkan key
word diatas, anda bisa temukan puluhan artikel atau Jurnal yang membahas tema
ini. Saya akan Mengulasnya dari sisi
lain yang berbeda.
Konsep Lean Manufacture bukanlah konsep yang baru, mulai tahun
80-an kita sudah mengenalnya. Saya masih ingat tahun 90 an, perusahaan –
perusahaan besar diTangerang memiliki komite GKM ( Gugus kendali Mutu ), 5S atau jauh
sebelumnya sudah menerapkan sebagian dari 7 Tools, seperti penggunaan Check
List untuk mengumpulkan masalah,
Histogram untuk mengidentifikasi masalah, dan Fish Bone diagram untuk
menganalisa masalah. Apa yang kita bicarakan sekarang, koq malah terdengar tidak up to date ya ????
Meskipun “barang lama muka
baru”, kenyataannya konsep ini masih menarik bukan ? Jelas disampaikan dalam
alinea awal, kata kunci dari Lean manufactring ; Mengurangi Waste, Efisiensi,
dan Continual Improvement.
Indikator real yang paling mudah ya Profit. Jika perusahaan sudah terapkan konsep
ini begitu lama, dan selalu bermasalah dengan profit di laporan Rugi laba akhir tahun. Saya
sarankan anda evaluasi lagi implementasi lean Manufacturing anda. Point ini
yang akan saya bahas, Mengapa Lean manufacturing tidak Efektif .
MENGAPA IMPLEMENTASI LEAN
MANUFACTURING TIDAK EFEKTIF ?
Ada beberapa Tools yang termasuk dalam Lingkup Lean manufacturing, diantaranya ; Just In Time (JIT), pendapat yang menyatakan bahwa Just In Time (JIT), 5S, Kaizen & QCC, Heijunka, Value Stream, Poka Yoke, TQM, SMED.
Ada beberapa Tools yang termasuk dalam Lingkup Lean manufacturing, diantaranya ; Just In Time (JIT), pendapat yang menyatakan bahwa Just In Time (JIT), 5S, Kaizen & QCC, Heijunka, Value Stream, Poka Yoke, TQM, SMED.
Sebagian
besar pendapat menyebut konsep management
manufacture ini sebagai hal yang luar biasa. Apakah pendapat ini benar ? Ini fakta lho ya, banyak konsultan
yang bergerak dibidang manufacturing improvement menggunakan konsep-konsep ini sebagai magnet
atau daya tarik ,dan terbuktinya laku
bukan ? Artinya, banyak pelaku industri manufacture yang ingin
menikmati keberhasilan, kebesaran, dan keuntungan seperti TOYOTA Motor
Corporation, atau perusahaan Jepang lainnya dan berdaya upaya untuk mencapainya
dengan strategi efisiensi yang sejalan. Konsep
Lean manufacturing sangat jelas, terukur, dan siapapun bisa menerapkannya. Artinya
konsep perbaikan ini tidak hanya menjadi monopoli Toyota Motor Corp., atau
perusahaan-perusahaan jepang lainnya, tapi semua industri manufacture bisa
menerapkan dengan kadar yang sama. Ini juga fakta !
Saya
selalu menulis ‘konsep’…’konsep’….dan ‘konsep’… apakah benarkah Lean Manufacturing hanya sebagai
konsep, yang dengan begitu mudahnya dipelajari , diterapkan, dan secepatnya
dirasakan hasilnya ? Jawaban saya “ TIDAK “.
Saya
termasuk satu dari sekian banyak orang Indonesia yang beruntung berkesempatan
mempelajari langsung manufacture Jepang di negara asalnya. Tidak hanya pelajari hal-hal teknis, tetapi
motif dan spirit mereka sebagai pekerja tidak lepas dari perhatian. Yang saya
tahu, konsep lean manufacture ternyata bukan hanya monopoli Toyota. Prinsip dasar manufacture dalam Lean
Manufactture merupakan sesuatu hal yang sangat biasa dan normal dalam rutinitas
pekerjaan sehari-hari.
Hal-hal
yang membuat kita terpesona adalah sesuatu yang biasa buat mereka. Rata-rata
pekerja disana tidak bisa bahasa inggris, dan sangat jarang yang bertitel
sarjana, karena bagi kebanyakan orang Jepang menempuh pendidikan di
university perlu biaya sangat tinggi.
Tetapi apa disini kita pelajari dengan
biaya yang relatif tinggi ( rata-rata rate trainning sekitar 2 juta/orang )
plus dengan terkantuk-kantuk menikmati sejuknya AC, mereka jalani dengan sangat – sangat
alami, seperti aktivitas makan, minum, jalan, olah raga, dsb.
“
Sangat Alami “ …. Dua kata Ini yang bisa
saya katakana untuk menggambarkan situasinya. Ternyata penerapan konsep lean
Manufacture ini tidak berhubungan dengan
pendidikan yang tinggi atau kecerdasan Intelektual.
Kembali
ke Sub Judul “ Mengapa Implementasi Lean Manufacturing tidak Efektif ?”. Dua kata
tadi menjadi jawabannya. Mereka lakukan ini dengan adanya komitmen organisasi
disertai Strategi Organisasi tepat. Kabar baiknya, “ All of these can be created “, semuanya itu bisa dibentuk, jadi
bukan sesuatu yang sifatnya “Given” atau takdir.
Inilah
yang menjadi fondasi penerapan Lean
Manufacturing, malah kalau saya bilang, apapun konsep managemen produksi dan
operasi bisa diterapkan dengan mudah dan optimal jika perusahaan kita memiliki fondasi seperti
ini.
BAGAIMANA MEMBENTUK FONDASI INI ?
Saya
melihat ada 2 faktor dominan agar perusahaan memiliki fondasi yang kuat untuk
menopang penerapan strategi-strategi
Produksi dan Operasi serta berbagai macam standarisasi Proses, termasuk
didalamnya Lean manufacturing.
1. Komitmen Organisasi
1. Komitmen Organisasi
Adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang
ditandai dengan adanya :
1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi.
2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi.
3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Artikel lengkapnya baca link berikut : http://www.dedylondong.blogspot.com/2011/10/komitmen-organisasi.html
2. Strategi Organisasi
1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi.
2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi.
3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Artikel lengkapnya baca link berikut : http://www.dedylondong.blogspot.com/2011/10/komitmen-organisasi.html
2. Strategi Organisasi
Strategi Organisasi disini berarti Struktur organisasi komplet
dengan kesesuaian kompetensi, lingkup wewenang dan tanggung jawab personel
didalamnya.
Saya memiliki Struktur ideal yang dapat menggambarkannya.
Seperti gambar berikut :
Penjelasan :
1. Dalam Struktur Organisasi, Operation ( maintenance, production, PPIC, Ware house, QC ) tidak berdiri sendiri, tapi didampingi oleh Bagian Data Analis & Improvement dengan wewenang yang setara. Kedua struktur besar ini berada dibawah Operation manager atau Factory manager.
2. Data Analys & Improvement memiliki hubungan 1000% supporting bagian operation. Jadi jangan samakan hubungan mereka dengan Produksi – PPIC yang seperti anjing dan kucing, atau Produksi – QC, yang benci tapi rindu. Ini murni supporting dalam arti sebenarnya.
3. Struktur Operation sama persis seperti yang kita kenal sekarang, didalamnya ada Produksi, Planning, Ware house, dan Maintenance.
4. Data Analys & Improvement berbeda dengan Research & Development ( R&D ), Dalam prakteknya R & D di Industri manufacturing Indonesia lebih mengarah ke Product Development dan Memastikan Proses Produksi sesuai dengan standardnya. Malah banyak perusahaan di Indonesia hidup tanpa divisi ini, dan menggunakan QC untuk Develop produk dan control SOP.
5. Data Analys & Improvement berisi personel – personel dengan memiliki kualifikasi ; kecerdasan sangat tinggi, senang akan perubahan , Praktis, Statistic Oriented, Analitical skill tinggi, systematis, cost oriented dan kemampuan dalam rekayasa teknik ( engineering ) baik Mesin, Electric, dan Mekatronik dengan qualifikasi expert. Dengan jumlah personel tidak terlalu banyak, sekitar 5-7 orang ( 1 admin 3 engineer or more , dan 1 supervisor ) saya piker cukup.
Scope kerja bagian ini, menganalisa problem – problem critical di bagian operation berdasarkan data – data yang ada, dan memberikan solusi bisa berupa perbaikan metode kerja / procedure kerja, modifikasi mesin, hingga develop mesin, upgrade system informasi. Problem-problem Critical berasal dari operation yang menginginkan efisiensi proses, upgrade capacity, safety serta jaminan quality dan feed back dari marketing berupa eksternal ( Eksternal Non Conformance Report ) atau Development produk.
1. Dalam Struktur Organisasi, Operation ( maintenance, production, PPIC, Ware house, QC ) tidak berdiri sendiri, tapi didampingi oleh Bagian Data Analis & Improvement dengan wewenang yang setara. Kedua struktur besar ini berada dibawah Operation manager atau Factory manager.
2. Data Analys & Improvement memiliki hubungan 1000% supporting bagian operation. Jadi jangan samakan hubungan mereka dengan Produksi – PPIC yang seperti anjing dan kucing, atau Produksi – QC, yang benci tapi rindu. Ini murni supporting dalam arti sebenarnya.
3. Struktur Operation sama persis seperti yang kita kenal sekarang, didalamnya ada Produksi, Planning, Ware house, dan Maintenance.
4. Data Analys & Improvement berbeda dengan Research & Development ( R&D ), Dalam prakteknya R & D di Industri manufacturing Indonesia lebih mengarah ke Product Development dan Memastikan Proses Produksi sesuai dengan standardnya. Malah banyak perusahaan di Indonesia hidup tanpa divisi ini, dan menggunakan QC untuk Develop produk dan control SOP.
5. Data Analys & Improvement berisi personel – personel dengan memiliki kualifikasi ; kecerdasan sangat tinggi, senang akan perubahan , Praktis, Statistic Oriented, Analitical skill tinggi, systematis, cost oriented dan kemampuan dalam rekayasa teknik ( engineering ) baik Mesin, Electric, dan Mekatronik dengan qualifikasi expert. Dengan jumlah personel tidak terlalu banyak, sekitar 5-7 orang ( 1 admin 3 engineer or more , dan 1 supervisor ) saya piker cukup.
Scope kerja bagian ini, menganalisa problem – problem critical di bagian operation berdasarkan data – data yang ada, dan memberikan solusi bisa berupa perbaikan metode kerja / procedure kerja, modifikasi mesin, hingga develop mesin, upgrade system informasi. Problem-problem Critical berasal dari operation yang menginginkan efisiensi proses, upgrade capacity, safety serta jaminan quality dan feed back dari marketing berupa eksternal ( Eksternal Non Conformance Report ) atau Development produk.
Bagian
ini menempatkan “ aspek pengendalian document ”
kedalam prioritas tertinggi. Karena seluruh output bagian ini harus base on data, no
assumption and feeling. Secara alami,
bagian inilah yang akan memberikan control pada semua dokumen data di
operation, dan sebaliknya operation akan semaksimal mungkin memberikan data
yang valid, karena pada akhirnya, data-data ini secara tidak langsung akan meningkatkan
performance bagian operation itu sendiri.
Dengan kata lain, saya sebut bagian ini sebagai Extra ordinary Division yang bertugas
menyelesaikan extra ordinary problem.
6. Bagian
Operation memiliki spesifikasi yang lebih rendah, bedanya akan tidak tepat
menempatkan orang yang “senang akan perubahan” di bagian ini. Operation lebih diutamakan
personel-personel yang Teguh dalam
menjalankan procedure. Scope kerja
bagian operation lebih cenderung ke penyusunan SOP yang efektif, taat menjalankan SOP, dan Menganalisa problem
operation kategori “normal “.
Jika perusahaan ini menempatkan orang di tempat
yang salah, pastinya orang-orang ini tidak
akan berkontribusi maksimal.
Jika
dilihat dari spesifikasi personel di
bagian Data Analys & improvement,
tampak orang-orang yang memiliki kualifikasi
mirip dengan bagian Engineering / maintenance. Itu benar, tapi sengan
spesifikasi lebih tinggi hingga taraf
machine Design.
Beberapa
Japan manufacture menggabungkan Produksi dan Maintenance dalam satu bagian
besar, Maintenance lebih mengarah pada
Preventive Management. Dan perlu
diingat, sebagian besar indsutri manufacture di Indonesia mengadopsi strategi
Low cost.
Dalam Industri manufacture di Indonesia ada pemikiran yang menurut saya tidak tepat. Yaitu mengenai “ menempatkan orang yang tepat ditempat yang tepat”. Seseorang yang sangat pintar dan terlalu kreatif tidak cocok ditempatkan dibagian yang tidak memerlukan “kreativitas tinggi”.
Bagian Produksi, PPIC, QC , Maintenance akan fatal menempatkan orang-orang yang pintar dan “senang akan perubahan” . Perubahan-perubahan yang tidak terarah dan terkendali dalam jangka menengah akan berakibat fatal, diantaranya System menjadi tidak terkendali, dan Teknologi yang tidak standard.
7. Yang terakhir yaitu Manager.Seorang manager memberikan Direction ( Arah ) dan Melakukan Guidance (panduan ) untuk mencapainya. Saya menyebutnya dengan memberikan visi dan menentukan arah tujuan.
Dalam Industri manufacture di Indonesia ada pemikiran yang menurut saya tidak tepat. Yaitu mengenai “ menempatkan orang yang tepat ditempat yang tepat”. Seseorang yang sangat pintar dan terlalu kreatif tidak cocok ditempatkan dibagian yang tidak memerlukan “kreativitas tinggi”.
Bagian Produksi, PPIC, QC , Maintenance akan fatal menempatkan orang-orang yang pintar dan “senang akan perubahan” . Perubahan-perubahan yang tidak terarah dan terkendali dalam jangka menengah akan berakibat fatal, diantaranya System menjadi tidak terkendali, dan Teknologi yang tidak standard.
7. Yang terakhir yaitu Manager.Seorang manager memberikan Direction ( Arah ) dan Melakukan Guidance (panduan ) untuk mencapainya. Saya menyebutnya dengan memberikan visi dan menentukan arah tujuan.
Dari
Aspek Cost, Sang manager harus memastikan keseimbangan antara Operation
Function dan Improvement. Dengan Lingkup kerja yang saya sampaikan diatas,
Perusahaan harus mengeluarkan mengeluarkan cost diatas rata-rata, dan semuanya
masuk dalam biaya tidak langsung.
Manager
berperan untuk membuat keseimbangan operation
cost. Dengan adanya satu divisi khusus yang bertugas menyelesaikan
masalah-masalah critical / khusus / extra ordinary problem. Sang Manger harus mampu mereduksi operation cost dengan men-develop procedure kerja
yang paling efektif, Menentukan alur proses yang paling tepat, Merancang Sistem
Informasi , Melakukan rekayasa
engineering untuk memperpendek waktu
operasi dan meningkatkan kapasitas produksi dan banyak lagi potensi perbaikan,
yang bermuara pada “Reduce Cost” saat kondisi
produksi dalam beban normal, dan “ Increase Sales plus reduce cost”
dengan upgrade capacity saat beban produksi tinggi.
Secara Continous / berkesinambung,
model organisasi ini mampu
mendukung kekuatan dan flexibilitas
perusahaan dalam menarik pasar.
Saya ambil contoh, peningkatan
jumlah variasi item produk dan order dalam
quantity kecil benar-benar memberikan tekanan pada proses, seperti ;
Penurunan capasitas produksi, semakin panjangnya lead time produksi, ketidakstabilan
konsumsi personel produksi , peningkatan
inventory dan WIP, Penurunan quality, tingkat stress karyawan tinggi dan
masalah-masalah yang bersifat domino lainnya.
Totally ini akan memberikan
pengaruh yang significant terhadap peningkatan Biaya pokok produksi dan penurunan
sales ( tingkat penjualan ). Inilah yang saya maksud dengan kekuatan dan
flexibilitas process dalam manufacture. Dengan kata lain Perusahaan akan memiliki fondasi yang kuat.Simple bukan.
Mengapa terkadang kenyataannya
tidak Simple ? Berikut alasannya :
1. Perusahaan Merekrut atau menempatkan Manager yang tidak tepat
2. Manager merekrut atau menempatkan Supervisor yang tidak tepat.
3. Tidak adanya komitmen karyawan, dikarenakan adanya potensi atau konflik perburuhan. Untuk case ini, lebih lengkapnya dapat dilihat di link berikut : http://www.dedylondong.blogspot.com/2012/01/solusi-konflik-buruh-dan-pengusaha.html
Sistem Penilaian berbasis Kinerja, sangat membantu dalam meningkatkan Komitmen karyawan.
1. Perusahaan Merekrut atau menempatkan Manager yang tidak tepat
2. Manager merekrut atau menempatkan Supervisor yang tidak tepat.
3. Tidak adanya komitmen karyawan, dikarenakan adanya potensi atau konflik perburuhan. Untuk case ini, lebih lengkapnya dapat dilihat di link berikut : http://www.dedylondong.blogspot.com/2012/01/solusi-konflik-buruh-dan-pengusaha.html
Sistem Penilaian berbasis Kinerja, sangat membantu dalam meningkatkan Komitmen karyawan.
PENUTUP
Hal – hal yang saya sampaikan
diatas bukan berarti, mengecilkan peran serta satu bagian tertentu dalam
melakukan continous improvement. Tapi lebih pada meningkatkan focus dengan
memberikan batasan-batasan kerja dengan terkendali. Sangat ironis jika kita menemui case berikut, seorang
Manager engineering yang “sangat pintar” berhasil menyelesaikan problem
mesin sampai ke tingkat rekayasa
engineering. Tapi tidak peduli dengan data – data dan pelaksanaan preventive maintenance. Atau
seorang Supervisor Produksi yang begitu luar biasa dalam menganalisa
masalah-masalah produksi dan memecahkannya, tapi tidak memiliki keberanian dalam menegur karyawan yang melakukan procedure kerja yang keliru. Dan banyak contoh – contoh lainnya yang mengingatkan kalau kita itu manusia
yang banyak memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penentuan Qualifikasi personel yang disesuaikan dengan strategi management
akan lebih efektif dalam menekan biaya dan kontribusi bagi perusahaan.
Semoga artikel ini bermanfaat
tengqyu informasinya
ReplyDeletesaya rasa sangat bermanfaat bagi perkembangan industri di Tanah air
Teruskan menulis pak berkaitan dengan pengurusan yang cekap
ReplyDeleteartikelnya sangat memotvasi saya. pak.
ReplyDeleteMantraap pak..
ReplyDeleteartikelnya bagus banget pak ^_^
ReplyDeleteternyata pak dedy anak poltek ^_^
ReplyDeleteangkatan berapa pak?
Sangat bagus artikelnya pak.
ReplyDeleteTerimakasih pak
perusahaan apa di Indonesia yang menerapkan Lean manufacturig dan perusahaan tersebut bagaimana megimplementasikan Lean tersebut?
ReplyDeleteSalah satu yg menerapkan Lean Manufacturing adalah Toyota
DeleteSalah satu yg menerapkan Lean Manufacturing adalah Toyota
DeleteYour design of the blog is really eye-catching. More over the content is also very productive. Information you have provided is really very beneficial.lean and six sigma training
ReplyDeleteapik tenan blog iki, maturnuwun mase .....
ReplyDeleteDengan blog ini saya lebih mudah memahami bagaimana itu Lean Manufacturing. Smg perusahaan-perusahaan mau belajar Lean Manufacturing ini
ReplyDeleteAgen Bola
ReplyDeleteAgen Judi
Agen Judi Online
Agen SBOBET
Agen IBCBET
Agen Casino
Poker Online
Agen Judi Terpercaya
Prediksi Bola
Bandar Judi
Bandar Bola
Judi Online
Bola Online
Prediksi Swansea City VS Manchester United
Prediksi Atalanta VS Frosinone
Prediksi Bochum VS Monaco
Trima kasih pak..
ReplyDeleteterima kasih unutk ilmunya. menindaklanjuti mengenai lean, bisa dijelaskan kah pak hubungan BPM (business process management) dan lean? saya masih kesulitan memahami kedua hal tersebut. thnks
ReplyDeletemantap pak lanjutkan
ReplyDeleteMenambah wawasan saya tentang Lean manufacturing, karena saya di departement Lean, sebagai facilitator Gemba&Kaizen tentunya artikel ini sangat membantu, semakin mendorong saya untuk terus maju, dan meyakinkan apa yang telah saya lakukan untuk perubahan system dan culture lean dalam manufacture baru tempat saya bekerja adalah benar. Untuk mewujudkan sebuah organisasi yang Lean memang sangatlah sulit apalagi dengan support management yang setengah-setengah.
ReplyDeleteSistem Lean adalah sebuah budaya dan dilakukan karena hal itu merupakan sebuah kebutuhan.
Terima kasih infonya...
ReplyDeletesemoga bermanfaat bagi yg baca artikel ini :D
izin mengopi pak ,, untuk keperluan Tugas Ahir :)
ReplyDeleteTerimakasih
terima kasih artikelnya memberikan pencerahan
ReplyDelete